Sabtu, 01 Desember 2012

PEDOMAN KARATE-DO




1. Ketuhanan yang Maha Esa

2. Setia kepada bangsa dan tanah air indonesia

3. Bersifat jujur dan sportif

4. Berjiwa tabah

5. Berani

6. Berjiwa suka menolong sesama

7. Disiplin

8. Dapat menguasai diri

9. Bersikap kesatria dan sopan santun

10. Setia kepada jiwa karate-do

sejarah kushin ryu m karate-do indonesia


Pendiri KUSHIN RYU Karate Do adalah Kiyotada Sannosuke Ueshima yang lahir pada tahun 1893 di wilayah Hyogo (Kobe), di Kota Akou - Jepang.
Setelah berusia 3 tahun ia mulai belajar seni beladiri  (aliran Konshin Yujoyutsu) di Akademi Matsubara di Kota Akou dibawah bimbingan guru Kiyotaka Kajei Matsubara.
Menginjak usia 9 tahun  ia mulai  mengenal  Tuan Sugaya atau Jigaya.  Seorang pegawai kepolisian di kota Akou, ia seorang penduduk asli Okinawa. Dari dialah Ueshima mulai belajar  bentuk-bentuk Karate Kata Channan dan Kata Kushanku (Kata Channan merupakan dasar Kata Pian yang diciptakan Ankou Itosu, salah satu kata orisinil yang dikembangkan dan dirubah menjadi KATA PIAN).
Pada tahun 1918, saat berusia 25 tahun, Ueshima menerima gelar secara serempak  sebagai ahli aliran Konshin Yujoyitsu dari tangan Guru Matsubara  dan guru  Guikyo Masazi Akada  sebagai Guru terakhirnya  dan juga guru dari Matsubara sendiri.
Kemudian, Ueshima pindah ke kota Osaka, disana ia mulai membuka Akademi Konshin ? Ryu Yujoyitsu.
Pada dekade awal abad ke 20, beberapa guru karate tiba di Okinawa di kota Osaka, bersama-sama mereka, Ueshima mempelajari dan mempraktikan cabang beladiri ini.
Mereka adalah :
1, Choki Motobu, mengajar  Aliran Tomari-Ja.
2, Kanamori Kinzyo, mengajar  aliran  Shorin and Goju.
3, Choshin Chibana, pendiri dan guru aliran  Shorin.
Pada tahun 1932 Ueshima  mendirikan Aliran Karate Kushin Ryu,  ini merupakan hasil dari penggabungan aliran Konshin-Ryu Yujoyitsu dengan unsur-unsur Karate yang ia tambahkan didalamnya.
Pada tahun 1895 Organisasi Beladiri Jepang yang pertama didirikan disebut Dai Nippon Butokukai (Great Japan Martial Virtue Association).Pada tahun 1933, Ueshima menerima gelar Guru JUDO (KYOSHI) dari Association of Martial Virtue of the Great Japan.
Juga pada tahun 1935 dan untuk pertama kalinya di Jepang, Dewan Asosisasi Beladiri Jepang yang terhormat menganugerahi dia gelar Guru Karate (KYOSHI) dengan dua orang lainnya. Para guru yang menerima tanda kehormatan pada kesempatan itu adalah :
1, Choyun Miyagi ( Pendiri aliran  Goju )
2, Kiyotada Sannosuke Ueshima ( Pendiri Aliran Kushin )
3, Yasuhiro Konishi ( Pendiri Aliran Shindo Shizen)
Pada tahun 1946 akhir yaitu perang Dunia  ke II terjadi pembubaran Dai Nippon Butokukai (Great Japan Martial Virtue Association)
Pada tahun 1965, beliau menerima gelar Dan 8 Judo Kodokan, Guru Kanamori Kinzyo, guru aliran Shorin dan Goju dan Guru karate Ueshima, kembali ke Okinawa disana dan ia mengembangkan Aliran Kushin.
Pada tahun 1940 Guru Kinzyo menerima gelar Guru Karate (RENSHI) dari Dai Nippon Butokukai (Great Japan Martial Virtue Association)
Pada tanggal 6 September 1987, pada usia 94 tahun, Kiyotada Sannosuke Ueshima, pendiri Kushin Ryu, meninggalkan para murid untuk selama - lamanya  di kota Osaka. Saat ini President (Soke)  kedua  Kushin Ryu saat ini dipimpin oleh Ph. Dr HORYUU MATSUZAKI.


SEJARAH KKI DI INDONESIA

Aliran perguruan KKI (Kushin Ryu M
Karate-do Indonesia) lahir pertama kali di Bandung, Jawa Barat, pada tahun 1966. Organisasinya sendiri resmi berdiri setahun kemudian, tepatnya pada tanggal 11 April 1967. Aliran Kushin Ryu di Indonesia diperkenalkan oleh Sensei Horyu Sinya Matsuzaki, yang kini menyandang gelar sebagai Presiden Kushin Ryu Se-Dunia.
Kepengurusan pertama KKI dipercayakan kepada Letjen (Alm)
Sarwo Edhi Wibowo dan Seno Hartono.
Saat ini, kepengurusan KKI Pusat
periode 2002 - 2006, dinakhodai oleh
DR. Oesman Sapta, yang menjabat
sebagai Wakil Ketua MPR RI.

janji atlit


Kami atlet FORKI berjanji:

1. Akan bertanding dengan sportivitas
yang tinggi dan berjiwa Karate-Do
dengan menjunjung sumpah Karate

2. Akan mematuhi segala peraturan
yang telah dan akan ditetapkan oleh
Dewan Wasit

3. Akan menerima semua keputusan
Dewan Wasit dengan kebesaran jiwa
seorang Karate-Ka

kegiatan kki kota tangerang


























Definisi Karate



KARATE

1. Definisi Karate
Karate adalah seni bela diri yang berasal dari Jepang. Karate terdiri dari atas dua kanji, yaitu ‘Kara’ yang berarti ‘kosong’, dan ‘te’ yang berarti ‘tangan’. Kedua kanji tersebut bermakna “tangan kosong” (pinyin : kongshou). Karate berarti sebuah seni bela diri yang memungkinkan seseorang mempertahankan diri tanpa senjata.
Selain itu, makna kata “kara” pada karate mengarah kepada sifat kejujuran, rendah hati dari seseorang. Walaupun demikian, sifat kesatria tetap tertanam dalam kerendahan hatinya, demi keadilan berani maju sekalipun berjuta lawan tengah menunggu.
Akhiran kata “Do” pada karate-do memiliki makna jalan atau arah. Suatu filosofi yang diadopsi tidak hanya oleh karate tapi juga oleh kebanyakan seni bela diri Jepang dewasa ini (Kendo, Judo, Kyudo, Aikido, dll).
Demikianlah makna yang terkandung dalam karate. Karena itulah seseorang yang belajar karate sepantasnya tidak hanya memperhatikan sisi teknik dan fisik, melainkan juga memperhatikan sisi mental yang sama pentingnya. Seiring usia yang terus bertambah, kondisi fisik akan terus menurun. Namun kondisi mental seorang karateka yang diperoleh lewat latihan yang lama akan membentuk kesempurnaan karakter.


3. Sejarah Karate di Indonesia.
Karate masuk di Indonesia bukan dibawa oleh tentara Jepang melainkan oleh mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang kembali ke tanah air setelah menyelesaikan pendidikan merekadi Jepang. Pada tahun 1963, beberapa mahasiswa Indonesia, antara lain: Baud AD Adikusumo (seorang karateka yang mendapatkan sabuk hitam dari M.Nakayama, JKA Shotokan), Karianto Djojonegoro, Mochtar Ruskan dan Ottoman Noh, mendirikan Dojo di Jakarta. Mereka inilah yang mula-mula memperkenalkan karate (aliran Shoto-kan) di Indonesia, dan selanjutnya mereka membentuk wadah yang mereka namakan Persatuan Olahraga Karate Indonesia (PORKI) yang diresmikan tanggal 10 Maret 1964 di Jakarta. Baud AD Adikusumo kemudian tercatat sebagai pelopor seni beladiri Karate di Indonesia dan juga pendiri Indonesia Karate-DO (INKADO).
Setelah beliau, tercatat nama putra-putra bangsa Indonesia yang ikut berjasa mengembangkan berbagai aliran Karate di Indonesia, antara lain: Sabeth Mukhsin dari aliran Shotokan, pendiri Institut Karate-Do Indonesia (INKAI) dan Federasi Karate Tradisional Indonesia (FKTI), dan juga adalah Anton Lesiangi (sama-sama dari aliran Shotokan), pendiri Lembaga Karate-Do Indonesia/LEMKARI.
Aliran Shotokan adalah yang paling populer di Indonesia. Selain Shotokan, Indonesia juga memiliki perguruan-perguruan dari aliran lain yaitu Wado dibawah asuhan Wado-ryu Karate-Do Indonesia (WADOKAI) yang didirikan oleh C.A. Taman dan Kushin-ryu Matsuzaki Karate-Do Indonesia (KKI) yang didirikan oleh Matsuzaki Horyu. Selain itu juga dikenal Setyo Haryono dan beberapa tokoh lainnya membawa aliran Goju-ryu, dan Nardi T. Nirwanto dengan beberapa tokoh lainnya membawaaliran Kyokushin. Aliran Shito-ryu juga tumbuh di Indonesia dibawah perguruan GABDIKA Shitoryu (dengan tokohnya Dr. Markus Basuki) dan SHINDOKA (dengan tokohnya Bert Lengkong). Selain aliran-aliran yang bersumber dari Jepang di atas, ada juga beberapa aliran Karate di Indonesia yang dikembangkan olehputra-putra bangsa Indonesia sendiri, sehingga menjadi independen dan tidak terikat dengan aturan dari Hombu Dojo (Dojo Pusat) di negeri Jepang.
Disamping ex-mahasiswa-mahasiswa tersebut di atas, orang-orang Jepang yang datang ke Indonesia dalam rangka usaha telah pula ikut memberikan warna bagi perkembangan karate di Indonesia. Mereka-mereka ini antara lain: Matsusaki (Kushinryu-1966), Ishi (Gojuryu-1969), Hayashi (Shitoryu-1971) dan Oyama (Kyokushinkai-1967).
Karate ternyata memperoleh banyak penggemar, yang implementasinya terlihat muncul dari berbagai macam organisasi (Pengurus) karate, dengan berbagai aliran seperti yang dianut oleh masing-masing pendiri perguruan. Banyaknya perguruan karate dengan berbagai aliran menyebabkan terjadinya ketidak cocokan diantara para tokoh tersebut, sehingga menimbulkan perpecahan di dalam tubuh PORKI. Namun akhirnya dengan adanya kesepakatan dari para tokoh-tokoh karate untuk kembali bersatu dalam upaya mengembangkan karate di tanah air sehingga pada tahun 1972 hasil Kongres ke IV PORKI, terbentuklah satu wadah organisasi karate yang diberi nama Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI).
Sejak FORKI berdiri sampai dengan saat ini kepengurusan di tingkat Pusat yang dikenal dengan nama Pengurus Besar/PB, organisasi ini telah dipimpin oleh 6 orang Ketua Umum dan periodisasi kepengurusannya pun mengalami 3kali perobahan masa periodisasi yaitu: periode 5 tahun (ditetapkan pada Kongres tahun 1972 untuk kepengurusan periode tahun 1972 – 1977), periodisasi 3 tahun (ditetapkan pada kongres tahun 1997 untuk kepengurusan periode tahun 1997 – 1980), dan periodisasi 4 tahun (Berlaku sejak kongres tahun 1980 sampai sekarang).
Adapun mereka-mereka yang pernah menjadi Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal (Umum) FORKI sejak tahun 1972 adalah sbb :
Periode/Masa Bakti Ketua Umum Sekretaris Jenderal/Umum Keterangan
1972 – 1977 Widjojo Suyono Otoman Nuh Kongres IV PORKI/FORKI 1972 di Jakarta
1977 – 1980 S u m a d i Rustam Ibrahim Kongres V FORKI 1977 di Jakarta
1980 – 1984 Subhan Djajaatmadja G.A. Pesik Kongres VI FORKI 1980 di Jakarta
1984 – 1988 R u d i n i Adam Saleh Kongres VII FORKI 1984 di Bandar Lampung
1988 – 1992 R u d i n i G.A. Pesik Kongres VIII FORKI 1988 di Jakarta
1992 – 1996 R u d i n i G.A. Pesik Kongres IX 1992 di Jakarta (Diperpanjang sd 1997)
1997 – 2001 W i r a n t o Drs. Hendardji -S,SH. Kongres X FORKI 1997 di Caringin Bogor Jawa Barat
2001 – 2005 Luhut B. Pandjaitan, MPA. Drs. Hendardji -S,SH. Konres XI FORKI 2001 di Jakarta
2005 – 2009 Luhut B. Pandjaitan, MPA. Drs. Hendardji -S,SH. Kongres XII FORKI 2005 di Jakarta

makna lambang KKI



Arti Lambang KKI

Bentuk lambang KKI terdiri dari bunga melati dengan kelopak warna putih dengan bulatan pusat merah putih.
Arti lambang : Sebagai lambang kesatuan dan persatuan dari keluarga besar anggota-anggota KKI di Indonesia

Lambang KKI terdiri dari :

1. Bunga melati yang sedang mekar berwarna putih dan berjumlah 5 melambangkan pemuda dan pemudi yang sedang mekar, sedangkan 5 daun bunga melambangkan 5 sila Pancasila.

2. Tulisan KUSHIN RYU M KARATE-DO INDONESIA yang berwarna hitam melingkar menunjukkan aliran karate yang dianut dengan sabuk hitamnya.

3. Warna merah putih yang bulat ditengahnya melambangkan bendera Nasional.

4. Tulisan Indonesia yang berorientasi dari bentuk tulisan Bhineka Tunggal Ika pada lambang Negara, melambangkan ke-Bhinekaan anggota KKI yang berarti bahwa KKI bermaksud dan mengharapkan agar seluruh anggota-anggota KKI beserta segala ke-Bhinekaannya, dibarengi dengan jiwa mental yang suci dan keberanian yang luhur serta berlandaskan ideologi Negara Pancasila membulatkan tekad kesatuan seutuhnya, khususnya pemuda pemudi dalam rangka mewujudkan ketahanan Nasional melalui perkumpulan olahraga beladiri KARATE yang beraliran KUSHIN RYU.

kejuaraan wali kota cup 2012 kki juara umum ke 3